Pernikahan Adat Betawi
Ilmu Budaya Dasar
Pernikahan Adat Betawi
Disusun oleh :
- Akbar Ponco P (10115422)
-
-
Kelas : 1KA26
ATA 2015/2016
Pernikahan Adat Betawi
Kota Jakarta yang katanya tanah orang Betawi kian hari masyarakatnya harus menepi, dan berbagi kepada pendatang. Meski sudah banyak yang hijrah keluar dari tanah Jakarta, masyarakat Betawi tetap memegang teguh budayanya, terutama budaya pernikahan Betawi yang akan diulas dalam artikel ini.
Masyarakat Betawi memiliki ragam tata cara pernikahan dengan karakteristik yang cukup unik. Dialog spontan, rileks dan terkesan ceplas ceplos menjadi salah satu ciri khas yang bukan hanya menarik minat untuk diikuti tetapi juga penuh dengan makna. Berikut kami paparkan beberapa tata cara adat pernikahan yang masih sering dilakukan oleh masyarakat Betawi.
1. Ngelamar
Ngelamar atau melamar adalah pernyataan dan permintaan resmi dari pihak keluarga pemuda untuk menikahkan putranya kepada pihak calon mempelai wanita. Ngelamar dilakukan oleh beberapa orang utusan yang disertai dengan membawa sejumlah barang bawaan wajib, antara lain:
Ngelamar atau melamar adalah pernyataan dan permintaan resmi dari pihak keluarga pemuda untuk menikahkan putranya kepada pihak calon mempelai wanita. Ngelamar dilakukan oleh beberapa orang utusan yang disertai dengan membawa sejumlah barang bawaan wajib, antara lain:
• Sirih
Embun; bawaan wajib dalam lamaran yang berisi daun sirih dilipat bulat dan
diikat potongan kertas minyak, sirih yang telah diisi rempah-rempah, bunga
rampai tujuh rupa, serta tembakau yang dihias dalam berbagai bentuk.
• Pisang
raja dua sisir dibawa di atas nampan yang dihias dengan kertas warna-warni.
Setiap ujungnya ditutup dengan cungkup kertas minyak berwarna hijau, kuning
atau merah. Pisang raja ini harus ada karena dianggap buah yang tinggi nilainya,
sesuai dengan namanya.
• Roti
tawar dibawa di atas nampan dihias dengan kertas warna-warni.
• Uang
sembah lamaran, hadiah lainnya berupa baju atau bahan pakaian wanita.
Setelah ngelamar selesai, acara yang
sangat menentukan pun dilanjutkan yakni membicarakan masalah mas kawin, uang
belanja, plangkah (kalau calon
pengantin mendahului kakak kandungnya), dan kekudang
(makanan kesukaan calon pengantin wanita). Pembicaraan dilakukan oleh utusan
pihak keluarga wanita dengan utusan pihak keluarga pria.
Dalam
rangkaian pernikahan adat Betawi, acara ini merupakan unsur yang sangat
menentukan. Apabila tande putus telah
disepakati maka dilanjutkan dengan pembicaraan yang lebih rinci perihal: apa
dan berapa banyaknya tande putus,
berapa biaya yang diperlukan untuk keperluan pesta, berapa lama atau berapa
hari pesta itu akan diselenggarakan, berapa jumlah perangkat pakaian upacara
perkawinan dikenakan pengantin perempuan, serta perihal siapa dan berapa banyak
undangan.
2.
Bawa Tande
Putus
Acara ini bisa disepadankan dengan bertunangan. Tande putus bisa berupa apa saja, namun orang Betawi biasanya memberikan tande putus kepada si gadis berupa cincin belah rotan, uang pesalin sekedarnya, serta aneka rupa kue.
Acara ini bisa disepadankan dengan bertunangan. Tande putus bisa berupa apa saja, namun orang Betawi biasanya memberikan tande putus kepada si gadis berupa cincin belah rotan, uang pesalin sekedarnya, serta aneka rupa kue.
Tande Putus
ini sendiri artinya si gadis atau calon none mantu telah terikat dan tidak
dapat lagi diganggu oleh pihak lain, begitu pula dengan si pemuda atau calon tuan mantu. Setelah tande putus diserahkan, maka
berlanjut dengan menentukan hari dan tanggal pernikahan.
Menentukan
Mahar atau Mas Kawin
Mahar atau mas kawin menjadi pembicaraan pokok. Tempo dulu dengan mendengar permintaan dari pihak calon none mantu, mak comblang dan utusan dari keluarga calon tuan mantu akan segera memahami apa yang diinginkan.
Mahar atau mas kawin menjadi pembicaraan pokok. Tempo dulu dengan mendengar permintaan dari pihak calon none mantu, mak comblang dan utusan dari keluarga calon tuan mantu akan segera memahami apa yang diinginkan.
Apabila
pihak calon none mantu mengatakan
“none kite minta mate bandeng seperangkat,”
itu adalah kata kiasan yang berarti calon none
mantu menghendaki mas kawin berupa seperangkat perhiasan emas
berlian. Bila pihak calon none
mantu menyatakan, “none kite
minta mate kembung seperangkat”, artinya mas kawin yang diminta
adalah seperangkat emas perhiasan bermata intan asli.
Berdasarkan
pembicaraan tentang mas kawin ini pihak pengantin pria harus bisa memperkirakan
berapa jumlah belanja resepsi pernikahan dengan memperhatikan besarnya nilai
mas kawin.
Setelah
acara bawa tande putus, kedua
belah pihak mempersiapkan keperluan pelaksanaan acara akad nikah. Masa ini
dimanfaatkan juga untuk memelihara calon none
mantu yang disebut dengan piare calon
none penganten dan orang yang memelihara disebut tukang piare penganten atau dukun penganten.
3.
Piare Calon
None Penganten
Masa dipiare yaitu masa calon pengantin wanita (biasa disebut none mantu) dipelihara oleh tukang piare selama satu bulan. Dimaksudkan untuk mengontrol kegiatan, kesehatan, dan memelihara kecantikan calon none mantu menghadapi hari pernikahan. Selain perawatan fisik, juga dilengkapi program diet dengan pantang makanan tertentu untuk menjaga berat tubuh ideal calon mempelai wanita, juga disertai minum jamu godok dan jamu air akar secang. Sekarang ini sulit sekali untuk memelihara calon none mantu selama satu bulan, sehingga kegiatan ini hanya dilakukan dalam 1-2 hari menjelang pernikahan.
Masa dipiare yaitu masa calon pengantin wanita (biasa disebut none mantu) dipelihara oleh tukang piare selama satu bulan. Dimaksudkan untuk mengontrol kegiatan, kesehatan, dan memelihara kecantikan calon none mantu menghadapi hari pernikahan. Selain perawatan fisik, juga dilengkapi program diet dengan pantang makanan tertentu untuk menjaga berat tubuh ideal calon mempelai wanita, juga disertai minum jamu godok dan jamu air akar secang. Sekarang ini sulit sekali untuk memelihara calon none mantu selama satu bulan, sehingga kegiatan ini hanya dilakukan dalam 1-2 hari menjelang pernikahan.
4.
Siraman dan
Ditangas
Acara siraman atau mandiin calon pengantin wanita diadakan sehari sebelum akad nikah dan biasanya diawali dengan pengajian. Perlengkapan yang perlu disediakan antara lain kembang setaman, ramuan tambahan berupa daun jeruk purut, pandan wangi, akar wangi, daun mangkokan, daun sereh dan sebagainya; paso dari tanah, kursi rotan berlubang-lubang atau kursi kayu yang tengahnya diberi lubang, dan tikar pandan sebagai penutup saat acara tangas.
Acara siraman atau mandiin calon pengantin wanita diadakan sehari sebelum akad nikah dan biasanya diawali dengan pengajian. Perlengkapan yang perlu disediakan antara lain kembang setaman, ramuan tambahan berupa daun jeruk purut, pandan wangi, akar wangi, daun mangkokan, daun sereh dan sebagainya; paso dari tanah, kursi rotan berlubang-lubang atau kursi kayu yang tengahnya diberi lubang, dan tikar pandan sebagai penutup saat acara tangas.
Urut-urutan
acara siraman :
·
Calon
pengantin wanita (none mantu) mengenakan kain sarung dan kebaya tipis. Rambut
dikonde sederhana dan ditutup kerudung tipis untuk menahan bunga dari air
siraman.
·
Calon
pengantin wanita mohon doa restu kepada kedua orang tua untuk melaksanakan
upacara mandi, kemudian digandeng ke tempat siraman diiringi Shalawatan Badar.
·
Calon
pengantin wanita duduk di kursi yang berlubang.
·
Calon
pengantin wanita dimandikan oleh tukang piare
dengan air kembang setaman (7 rupa), sambil tukang piare membaca Shalawat dan
Dzikir. Bila ada permintaan dari keluarga, maka orang tua ikut memandikan.
Setelah
acara siraman, calon pengantin wanita menjalani upacara tanggas atau kum (semacam mandi uap) untuk
membersihkan bekas-bekas lulur yang masih tertinggal di pori-pori kulit.
Perawatan ini dimaksudkan untuk menghaluskan dan mengharumkan kulit tubuh
sekaligus mengurangi keringat pada hari pernikahan.
5.
Ngerik dan
Potong Centung
Berlangsung di dalam kamar calon mempelai wanita. Adapun perlengkapan yang perlu disediakan yakni kain putih ukuran dua meter untuk alas, kembang setaman, air putih dalam cawan dengan sekuntum bunga mawar atau lainnya untuk tempat gunting, pedupaan dan setanggi/gaharu, alat cukur, dua keping uang logam untuk batas centung (satu kali lipatan) dan untuk batasan mencukur anak rambut, serta tempat sirih lengkap dengan isinya.
Berlangsung di dalam kamar calon mempelai wanita. Adapun perlengkapan yang perlu disediakan yakni kain putih ukuran dua meter untuk alas, kembang setaman, air putih dalam cawan dengan sekuntum bunga mawar atau lainnya untuk tempat gunting, pedupaan dan setanggi/gaharu, alat cukur, dua keping uang logam untuk batas centung (satu kali lipatan) dan untuk batasan mencukur anak rambut, serta tempat sirih lengkap dengan isinya.
Ngerik bertujuan membersihkan bulu-bulu kalong calon
pengantin wanita yang tumbuh di sekitar kening, pelipis, tengkuk dan leher.
Setelah itu tukang piare membuatkan
centung (potongan centung) pada
rambut di kedua sisi pipi dengan menggunakan uang logam untuk menjepitnya, agar
pengantin selalu mendapat keberkahan dan keselamatan.
6.
Malam Pacar
Inilah malam yang cukup meriah, karena dihadiri para kerabat dekat serta teman-teman dekat calon pengantin wanita. Ritual ini hampir serupa dengan malam bainai dalam adat Padang atau malam midodareni dalam adat Jawa. Ritual pemakaian pacar dilakukan oleh tukang piare dan keluarga serta teman dekat calon pengantin wanita.
Inilah malam yang cukup meriah, karena dihadiri para kerabat dekat serta teman-teman dekat calon pengantin wanita. Ritual ini hampir serupa dengan malam bainai dalam adat Padang atau malam midodareni dalam adat Jawa. Ritual pemakaian pacar dilakukan oleh tukang piare dan keluarga serta teman dekat calon pengantin wanita.
Perlengkapan
ritual malam pacar adalah daun pacar secukupnya, bakul berisi beras, bumbu
dapur, pisang raja, garam, kapur sirih, bumbu sirih; kue basah khas Betawi
secukupnya, serta bantal diberi alas daun pisang yang diukir untuk alas tangan.
Ritual pemberian pacar dipandu oleh tukang piare,
dimulai oleh ibu calon mempelai wanita, dilanjutkan oleh para sesepuh serta
kerabat dan sahabat dekat. Biasanya calon mempelai wanita didandani dengan
busana dan tata rias ala None, yakni riasan tipis dan berbusana kebaya encim.
7.
Ngerudat
(Mengiringi/Ngarak Calon Pengantin Pria)
Merupakan prosesi iring-iringan rombongan calon mempelai pria menuju ke kediaman calon pengantin wanita, berlangsung menjelang upacara akad nikah. Keberangkatan rombongan ini disebut rudat yang artinya mengiringi calon tuan mantu menuju rumah calon none mantu untuk melaksakan pernikahan.
Merupakan prosesi iring-iringan rombongan calon mempelai pria menuju ke kediaman calon pengantin wanita, berlangsung menjelang upacara akad nikah. Keberangkatan rombongan ini disebut rudat yang artinya mengiringi calon tuan mantu menuju rumah calon none mantu untuk melaksakan pernikahan.
Rombongan
membawa perlengkapan dan barang seserahan kepada calon mempelai wanita. Adapun
ragam jenis barang bawaan adalah sebagai berikut:
Bahan Seserahan
Bahan Seserahan
·
Sirih nanas
lamaran dan sirih nanas hiasan, ungkapan rasa gembira pihak
keluarga laki-laki kepada pihak keluarga perempuan karena telah menerima
lamaran.
·
Mahar atau
mas kawin, ketika dibawa diapit oleh sirih nanas
lamaran.
·
Miniatur
masjid yang berisi sejumlah uang belanja sesuai pembicaraan.
·
Sepasang
roti buaya, yang perempuan menggendong buaya kecil di punggungnya, sebagai
lambang berakhirnya masa lajang. Menurut pengertian orang Betawi, buaya adalah
sejenis satwa yang ulet, panjang umur, kuat, sabar dan setia.
·
Kekudang yaitu makanan yang disukai oleh calon
pengantin wanita sejak kecil sampai dewasa.
·
Kue
penganten, biasanya kue kembang (tart)
yang dihias.
·
Pesalin atau hadiah lengkap berupa seperangkat
pakaian wanita, kain, selop, dan alat kecantikan
·
Shie berupa kotak kayu segi empat dengan ukiran
gaya Cina berisi sayuran.
·
Beberapa
nampan kue khas Betawi (dodol, wajik, geplok, tape uli, kue lapis dll)
·
Satu perangkat
idam-idaman yaitu buah-buahan yang ditempatkan dalam wadah berbentuk perahu
sebagai lambang kesiapan pasangan pengantin mengarungi bahtera kehidupan.
Rombongan rudat terdiri dari :
·
Dua orang
lelaki setengah baya berbaju Jas Kain
Serebet yang bertugas sebagai juru bicare.
·
Dua orang
jago sebagai pengawal calon tuan
mantu berpakaian pangsi.
·
Calon tuan
mantu berpakaian Jas Kain Serebet diapit paman
dari pihak babe dan enyak.
·
Rombongan
rebana ketimpring atau rebana ngarak.
·
Tiga orang
pemuda memakai pakaian sadarie membawa sirih nanas lamaran, mahar dan sirih nanas hiasan.
·
Tiga orang
pemuda membawa miniatur masjid, kekudang,
dan kue susun pengantin.
·
Beberapa
pemuda membawa roti buaya, shie,
pesalin, idam-idaman dan sebagainya
Suasana
meriah menyertai kehadiran rombongan, karena petasan pun dipasang sebagai tanda
bahwa rombongan hampir tiba. Pihak calon none
mantu akan membalas membunyikan petasan sebagai informasi segala
sesuatu sudah siap. Sebuah komunikasi jaman dahulu yang masih tetap dilestarikan.
Akad Nikah
Biasanya dilaksanakan hari Jumat setelah Shalat Jumat di kediaman calon pengantin wanita. Saat pelaksanaan akad nikah, calon pengantin wanita mohon izin kepada ayahnya untuk berumah tangga dan minta dinikahkan. Ayah calon pengantin wanita akan menikahkan anaknya, atau meminta penghulu untuk mewakilkan. Selama pelaksanaan akad nikah calon mempelai wanita menunggu di dalam kamar.
Biasanya dilaksanakan hari Jumat setelah Shalat Jumat di kediaman calon pengantin wanita. Saat pelaksanaan akad nikah, calon pengantin wanita mohon izin kepada ayahnya untuk berumah tangga dan minta dinikahkan. Ayah calon pengantin wanita akan menikahkan anaknya, atau meminta penghulu untuk mewakilkan. Selama pelaksanaan akad nikah calon mempelai wanita menunggu di dalam kamar.
8.
Acara
Kebesaran
Inilah acara yang ditunggu-tunggu, karena melibatkan banyak kerabat kedua belah pihak. Mempelai wanita didahului dua gadis kecil memasuki ruangan menuju puade/pelaminan di dampingi kedua orang tua; diiringi lagu Sirih Kuning. Menyusul kemudian ritual acara kebesaran adalah:
Inilah acara yang ditunggu-tunggu, karena melibatkan banyak kerabat kedua belah pihak. Mempelai wanita didahului dua gadis kecil memasuki ruangan menuju puade/pelaminan di dampingi kedua orang tua; diiringi lagu Sirih Kuning. Menyusul kemudian ritual acara kebesaran adalah:
·
Buka Palang
Pintu
Pengantin
pria harus lolos ujian membuka palang pintu
untuk menemui tambatan hati. Rombongan mempelai pria di depan pintu
dihadang oleh wakil pihak mempelai wanita. Prosesi diawali saling berbalas
pantun, dilanjutkan atraksi silat antara jago dari pihak mempelai wanita dengan
jago dari mempelai pria, dimana jago mempelai pria harus mengalahkan jago
mempelai wanita. Lalu pembacaan sike
yaitu shalawat kepada Nabi Muhammad.
Acara buka
palang pintu seharusnya dilakukan sebelum akad nikah, tetapi kini lebih sering
dilangsungkan pada saat resepsi, agar bisa disaksikan oleh lebih banyak orang
dan hanya bersifat simbolis.
·
Di Puade
Setelah
kedua mempelai duduk di puade,
tukang rias membuka roban tipis yang menutupi kepala mempelai wanita.
Selanjutnya, mempelai pria memberi sirih dare kepada
mempelai wanita sebagai lambang cinta kasih. Biasanya di dalam rangkaian sirih
diselipkan uang sebagai uang sembe.
Lalu mempelai pria membuka cadar mempelai wanita, dilanjutkan acara sembah dan
cium tangan mempelai wanita kepada mempelai pria, lalu kedua mempelai menyembah
kepada kedua pihak orang tua. Acara terakhir adalah suapan nasi kuning sebagai
suapan terakhir orang tua kepada putra putrinya.
Simbol Pernikahan Adat Betawi
Selain roti
buaya, mempelai pengantin juga memberikan uang mahar, perhiasan, kain, baju
kebaya, selop, alat kecantikan, serta beberapa peralatan rumah tangga. Dari
sejumlah barang yang bisa diserahkan tersebut, roti buaya menempati posisi
terpenting. Bahkan, bisa dibilang hukumnya wajib. Sebab roti ini memiliki makna
tersendiri bagi warga Betawi, yakni sebagai ungkapan kesetiaan pasangan yang
menikah untuk sehidup semati.
Asal muasal
adanya roti buaya ini, terinspirasi perilaku buaya yang hanya kawin sekali
sepanjang hidupnya. Masyarakat Betawi meyakini hal itu secara turun-temurun.
Selain
terinspirasi perilaku buaya, simbol kesetiaan yang diwujudkan dalam sebuah
makanan berbentuk roti itu juga memiliki makna khusus. Menurut keyakinan
masyarakat Betawi, roti juga menjadi simbol kemapanan ekonomi. Dengan maksud,
selain bisa setia, pasangan yang menikah juga memiliki masa depan yang lebih
baik dan bisa hidup mapan.
Selain itu,
roti buaya adalah lambang kesabaran, karena buaya selalu sabar dalam mengintai
dan menunggu mangsa. Namun, ada juga yang mengartikannya sebagai lambang
kejantanan. Selama perjalanan, roti ini harus tetap mulus, tidak boleh rusak
sampai ke tangan pengantin perempuan.
Setelah
akad, roti ini dibagikan kepada sanak saudara yang belum menikah. Maksudnya,
supaya mereka kendaran dan segera mendapatkan jodoh. Namun, roti buaya ini
cenderung sulit diperoleh di pasaran, sehingga orang yang memerlukan roti buaya
harus memesannya terlebih dahulu. Mengingat roti tersebut hanya digunakan untuk
keperluan hajatan.
Karenanya,
setiap kalli prosesi pernikahan, mempelai laki-laki selalu membawa sepasang
roti buaya berukuran besar, dan satu roti buaya berukuran kecil yang diletakkan
di atas roti buaya yang disimbolkan sebagai buaya perempuan. Ini mencerminkan
kesetiaan mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan sampai beranak-cucu.
Tradisi ini masih berlangsung sampai sekarang.
Daftar
Pustaka
Komentar
Posting Komentar